Apa Itu Pendidikan Klasikal?
TINGKAT GRAMMAR (Pengetahuan)
The first stage of Tahap pertama buku lama Trivium adalah tahap tata bahasa. Anak-anak di tingkat tata bahasa berkisar dari sekitar usia prasekolah hingga kelas lima atau enam. Kekuatan anak-anak ini cenderung menikmati kegiatan menghafal dan belajar konsep-konsep baru. Anak-anak dalam kelompok usia ini secara alami ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Hanya sekali mereka dapat belajar atau menemukan sesuatu untuk pertama kalinya. Sangat penting bagi kita untuk menjaga keingintahuan ini dan tidak membiarkannya padam pada tahap ini. Anak-anak kecil juga mudah mengingat fakta dan kata-kata dan menikmati pengulangan sajak, lagu, dan cerita. Anak Usia Dini adalah waktu yang optimal bagi anak-anak untuk belajar bahasa asing.
TKarena itu pada tahap tata bahasa, penimbunan pengetahuan dan fakta ditekankan. Upaya dilakukan agar anak-anak dapat menyerap informasi baru dan mengembangkan kesadaran dan pemahaman yang luas tentang dunia di sekitar mereka. Sebagian dari waktu kelas dikhususkan untuk menghafal fakta-fakta penting melalui puisi, lagu, sajak, dan pengulangan. Tujuan dari tahap tata bahasa adalah untuk memperoleh fakta-fakta yang membentuk blok bangunan dari setiap mata pelajaran dan untuk memberikan dasar pengetahuan yang kuat dalam setiap mata pelajaran.
Tingkat LOGIC (Pemahaman)
Ketika siswa mulai mencapai tahun-tahun sekolah menengah, mereka tidak lagi menikmati pekerjaan ingatan dan mengulangi sajak atau lagu berulang-ulang. Siswa-siswa ini mengembangkan keterampilan penalaran analitis dan mampu memproses informasi dan menarik kesimpulan.
Para siswa ini suka bertanya "Kenapa?" Berbeda dengan siswa tata bahasa, mereka tidak secara otomatis menerima semua yang diajarkan. Mereka cenderung membayangkan kasus yang paling ekstrem dan menantang apa yang diajarkan. Meskipun kecenderungan ini mungkin tampak negatif, kecenderungan ini dapat disalurkan ke kegiatan yang konstruktif jika siswa mengarahkan tantangan dan pertanyaan mereka ke pelajaran sekolah dan bukan untuk menantang otoritas.
Selama tahap ini siswa belajar dari kesalahan dan kegagalan serta dari kekuatan dan kemenangan tokoh sejarah. Mereka belajar bahwa peristiwa sejarah tidak terisolasi dan terpisah satu sama lain, tetapi mereka saling terkait dan mempengaruhi dan mempengaruhi peristiwa lain. Selama tahap logika para siswa diajarkan untuk berpikir secara logis dan bijaksana, untuk memesan ide dan fakta, untuk memahami hubungan antara fakta dan peristiwa, dan untuk menganalisis dan membuat kesimpulan. Garis waktu grafik dan peta, debat dan laporan persuasif membantu memperkuat pemikiran kritis. Logika formal juga dipelajari dan diterapkan pada mata pelajaran lain selama tahap ini.
Tingkat RHETORIC
Ketika siswa mencapai sekolah menengah atas, mereka mulai memasuki tahap retorika. Pada usia ini para siswa memiliki keinginan besar untuk mengekspresikan diri. Pada usia ini, mereka telah mengembangkan kemampuan untuk berpikir matang, memiliki perspektif yang luas dan kemampuan untuk berpikir, menganalisis, dan membuat kesimpulan logis. Pada tahap retorika, siswa dapat mengartikulasikan dan mengekspresikan dengan jelas keyakinan dan gagasan mereka dengan anggun dan artikulatif.
Para siswa ini idealis, peduli dengan keadilan, dan mampu memikul tanggung jawab. Dengan guru dan teman sekelas mereka, mereka menganalisis dan mendiskusikan berbagai pandangan dunia. Karena mereka mulai mengembangkan minat khusus, mereka diberikan kesempatan untuk penelitian individu sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan mereka. Kesimpulannya, pendidikan klasik adalah sistem pendidikan yang sistematis dan teratur, yang memberi anak-anak keteraturan dan rutin. Dalam pendekatan klasik, siswa secara konsisten belajar sedikit demi sedikit, hari demi hari. Penekanannya adalah pada penguasaan subjek, bukan hanya pada kelulusan ke tingkat berikutnya. Pendidikan klasik terpusat pada bahasa, bukan pada gambar, karena penguasaan keterampilan bahasa dasar (membaca dan menulis) memfasilitasi studi setiap mata pelajaran lainnya. Pelajaran tidak diajarkan secara terpisah, tetapi terintegrasi, dan upaya dilakukan untuk mengenali hubungan antara berbagai bidang studi.
Melalui tiga tahap ini, pendidikan klasik berupaya membangun di setiap anak antusiasme untuk belajar yang akan mendorong pembelajaran seumur hidup. Kami berhasrat untuk melihat setiap anak mencapai potensi maksimalnya dan diperlengkapi serta dipersiapkan untuk menghadapi masa depan.
Sumber : Tom Garfield, Logos School, Moscow, Idaho, USA
Intruksi Prinsip Pengajaran Klasikal
Prinsip Pengajaran Klasikal yang disampaikan melalui filosofi kurikulum kami adalah sebagai berikut:
- Festina Lente (Tidak Tergesa-Gesa)
- Multum Non Multa (Mendalam Bukan Banyak)
- Embodied Learning (Pembelajaran yang Diwujudkan)
- Songs, Chants, Jingles (Lagu, Nyanyian, dan Jingles)
- Songs, Chants, Jingles
- Wonder and Curiosity (Rasa Ingin Tahu)
- Educational Virtues (Nilai-nilai Kebajikan Pendidikan)
- Schole, Contemplation, Leisure (Schole, Kontemplasi, Leisure)
- Docendo Discimus (Dengan Mengajar Kita Belajar)
- Mimetic Instruction (Metode yang digunakan sejak dahulu kala, tentang Pembelajaran dengan Mencontoh)
- Dialogical Instruction (Metode Sokratik tentang Pembelajaran dengan Cara Berdialog)
Maka dari pada itu, kurikulum CBCS, bersama dengan pengajaran yang berkualitas dari setiap guru, membentuk apa yang anak-anak cintai melalui penemuan yang menyenangkan akan yang benar, baik, dan indah melalui keingintahuan, penyembahan, pekerjaan, dan kebijaksanaan di sepanjang perjalanan pendidikan PreK-Grade 12.
Sumber : Classical Academic Press, ClassicalU.com